Kamis, 05 Maret 2009

Dari Penangkapan Anak Punk Kehangatan dan Kejujuran Punker, Terdidik padang Panjang


Pukul 01.00 WIB dinihari, udara Padangpanjang yang dingin menjadi saksi kehangatan yang tercipta dari kebersamaan sejumlah anak punk, pun ketika mereka ditangkap dan digelandang menuju kantor Satuan Polisi Pamong Praja Padangpanjang.
Seakan tak ada yang mereka risaukan. Tak ada yang mereka cemaskan. Para petugas Satpol PP bahkan sempat terlihat bingung oleh polah mereka yang rata-rata masih berusia belasan tahun itu. Sampai akhirnya, antara para petugas dengan para punker tersebut juga mulai terjalin keakraban.

Pasukan baret coklat tak dapat menahan rasa geli ketika sejumlah anak punk bercanda, bahkan ada yang sempat meluangkan waktu untuk menerima curhat bak sepasang teman setia. Rupanya begitulah adanya manusia, ditengah perbedaan tetap ada celah untuk sebuah persahabatan. Zy (21) tak menyangka perjamuannya terhadap teman-temannya sesama anak punk yang datang dari dalam dan luar Sumatera Barat akan berakhir di kantor Satpol PP Padangpanjang.

Tapi, apa hendak dikata, di Kota Serambi Mekkah, apa yang mereka lakukan tidak bisa diterima oleh norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika berbincang dengan POSMETRO, Sabtu (29/11) pemuda yang mengaku masih berstatus sebagai mahasiswa semester akhir di salah satu Universitas Negeri paling terkenal di Sumatera Barat ini menuturkan kisahnya di dunia jalanan itu.

“Awalnya saya berniat utuk menyambut teman-teman yang baru pulang dari sebuah acara di Padang. Mereka seyogyanya akan berangkat ke Pekan Baru untuk acara serupa, acara antar scene sebagai agenda rutin kami. Tapi ternyata teman-teman tidak sadar situasi, sayapun tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah mereka tidur dir el dan bercampur antar lelaki dan perempuan,” tuturnya.

Untuk acara kumpul-kumpul dan main band, yang sering mereka sebut sebagai parade itu, Zy mengaku terkadang perlu mengorbankan waktu kuliahnya. “Tapi alhamdulillah, nilai saya tidak pernah jeblok gara-gara ngepunk. Walau di kampus saya agak susah menyesuaikan diri, tapi bagi saya ilmu itu penting,” ujar pemegang instrument gitar dalam grup bandnya ini. Awalnya Zy hanya tertarik dari cara anak-anak punk bermusik.

Tapi lama-lama, katanya, ketertarikan itu juga sampai pada gaya hidup dan beberapa prinsip hidup. “Di punk saya juga mendapat ilmu tentang hidup, tentang bagaimana mengenali diri dan apa yang mesti saya yakini,” ucapnya.

“Saya seperti juga teman-teman bukan tak tahu aturan. Tapi kami hanya ingin merasakan kebebasan. Dan bagi kami, kebebasan memang mahal, harus dibayar dengan harga tak terkira. Dari itu, kami juga memahami situasi yang sedang berkembang. Sekarang sedang dekat dengan pemilu, sedang banyak penertiban.

Jadi kami agak jarang berkumpul, karena tidak mau dianggap pengganggu para penganut demokrasi,” ujarnya. Malam itu Zy menggunakan sweater hitam bertuliskan Ramones, salah satu group punk street yang digandrungi para punker Indonesia. Di lehernya mengalung tali hitam dengan buah hias sebuah pin bergambar Smily.

Dan atribut paling kentara di tubuhnya adalah sepasang sepatu boot kusam dengan tali pengikat yang berbeda warna. “Belum banyak yang saya ketahui, saya tahu saya harus belajar lebih dalam. Tapi setiap hari saya meyakinkan diri saya, bahwa punk adalah jalan yang terbaik. Bahkan kalau nanti tamat kuliah saya akan tetap ngepunk,” jelas pemuda yang mengaku berasal dari keluarga terdidik ini.

Selama berbincang di selasar dalam kantor Satpol PP Padang Panjang itu, puluhan orang teman Zy sedang menjalani proses pembinaan. Tapi, alangkah unik, mereka tak tampak panik atau pun cemas sama sekali. Tak sama denga para pelaku perbuatan amoral yang pernah di razia. Pagi dinihari itu, suasananya malah terkesan begitu hangat. Ada aura kekeluargaan dan rasa sepenanggungan yang mengalir. Sebagian anak-anak punk itu juga cepat akrab dengan para petugas satpol PP.

Tiap sebentar terdengar cekikan yang melompat dari mulut-mulut para pemakai kostum hitam yang menjadi ciri khas itu. Sebagian anggota punk memakai jaket kulit hitam dengan taburan paku, dan atribut logam lain disana-sini. “Sampai saat ini, saya belum pernah melihat antar anak punk tawuran. Bagi kami kebersamaan adalah segalanya.

Makanya kami cukup heran mengetahui perkelahian antar pelajar di Bukittinggi beberapa waktu belakang. Koq mereka bisa berkelahi sementara hidup mereka berkecukupan, sedangkan teman-teman saya ada yang pengamen atau pemulung tapi tetap menjaga kekompakan sesama orang menderita,” ucapnya. Zy mengakui yang mereka lakukan memang salah. “Kami tahu abang-abang anggota (satpol PP) hanya melaksanakan tugas.

Mungkin karena teman-teman kurang control, dan terlalu hanyut dengan kegembiraan sendiri sehingga tak sadar sedang berada di kota yang menjunjung norma agama. Jika ada kesempatan lain, ingin rasanya kami membuktikan apda masyarakat disini bahwa anak punk bukan perusuh, dan tak perlu dirisaukan,” tutupnya sambil melayangkan senyum sopan kepada penulis dan sejumlah petugas yang sejak awal telah simpatik dengan sang punker terdidik.

sumber: Posmetro Padang

2 komentar:

aden mengatakan...

punk emang oke...
org mkin memandang punk sbelah mata, karena para PREMAN lah yang membuat punk terlihat sangar di masyarakat...
oii.oii.oii

Unknown mengatakan...

bagaimana pendapat anda tentang penangkapan anak Punk?